Oleh: Ningrum M.
Bismillahirrahmanirrahimm
Suatu kehidupan sampai akhir hayat pastinya tidak akan sepi dari suasana hati terhadap suasana hati yang gembira hari ini besok sedih. Baru gembira menit berikut bisa sedih. Kenapa? Jadi sampai akhir hayat kita tidak akan berhenti bertemu dengan dua hal yang kontras. Sebentar sedih, setelah itu gembira, setelah gembira setelah itu sedih, saat ini bahagia besok kena fitnah.
“Sungguh Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri” ( Qs. Al-Baqarah:222)
Bagaimana Taubat sebagai pembersih Qolbu ? Kalau qolbu kita bisa bersih dialah yang bakal membawa kita menuju kepada ketenangan, tapi kalau qolbu kita banyak polkadotnya (titik-titiknya) itu yang susah terijabah, itu yang susah bawaannya ngotot dan emosi. Yang kita inginkan adalah hati yang bersih, kalau hati kita hitam harus dibersihkan dengan taubat dan istighfar sehingga lama kelamaan hitamnya akan hilang, kita berharap dengan riyadhohnya akan tertetes jiwa Allah dalam hati kita.
Bertaubatlah kepada Allah setiap waktu karena itu dianjurkan oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam QS An-Nuur ayat 31 “Bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman agar kalian beruntung”. Mau menjadi untung atau rugi, kita lah yang memilih. Taubat merupakan sarana yang mengatar hamba menjadi kekasih Allah, artinya jangan berjalan selain bersama Allah.
Rasulullah SAW bersabda :”Kadangkala timbul perasaan dalam hatiku maka aku beristighfar memohon ampun kepada Allah 100 kali”. Beda sekali dengan kita istighfar kita itu kejar setoran, maksudnya, kalau mau istighfar itu menggugurkan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kita maka istighfarnya tembakkan kepada kesalahan yang kita tuju. Mudah-mudahan istighfar kita yang 100 hanya membersihkan kesalahan kita yang hanya 10, sehingga kita surplus 90, ini namanya istighfar kita adalah berkualitas. Jadi terjawab mengapa istighfar 100 kali tapi masih jutek? karena tidak yakin Allah menghapus noda-noda yang membekas.
Oleh karena itu, usahakan untuk senantiasa bertafakaur sepanjang hidupmu. Renungkan apa yang telah engkau perbuat setiap hari? Apa yang telah engkau perbuat di siang hari? jika engkau melakukannya dalam ketaatan maka bersyukurlah dan sebaliknya maka bersegeralah menuju ampunannya. Jangan menyesali diri dengan tertawa bahagia, tapi sesalilah dengan jujur, kekecewaan, penyesalan yang mendalam. Jadi kalau kita ingin dipandang oleh Allah dari Arsy’-Nya dengan penuh cinta, maka tafakurilah segala sesuatu yang salah kemudian bergegaslah untuk beristighfar. Namun kalau dia tidak menyesali maka merugilah ia. Efeknya dari ini adalah Allah akan menggantikan kesedihan dengan keceriaan, kehinaan dengan kemulyaan, kegelapan dengan cahaya dan ketertutupan dengan ketersingkapan yang ada. Inilah reward dari Allah, barang siapa yang melakukan kesalahan hendaknya dia bergegas beristighfar, bukankah ini yang kita impikan suatu kepribadian yang bercahaya sebagai muslimah, sesuatu kesedihan menjadi kesenangan, bukankah ini yang kita impikan suatu kepribadian yang penuh cahaya sehingga terbuka cahaya pikir.
Allah SWT tidak akan menghitung-hitung kesalahan hamba-Nya, ia paham bahwa hambanya akan segera beristighfar, betapa pentingnya suatu instropeksi diri pada setiap waktu, bukan hanya pada saat ulang tahun. Justru dari sholat ke sholat kita harus beristighfar yang dapat menghapus kesalahan-kesalahan kita. Seorang ahli tafakur dia akan senantiasa peka terhadap kesalahannya artinya dia tidak ingin terperangkap kedalam lubang yang kedua kalinya. Tentu dia akan tegap lagi, menginginkan kasih sayang Allah.
Oleh karena itu hendaknya engkau tujukan semua amal perbuatanmu untuk Allah, barang siapa amal perbuatannya jatuh kedalam dosa maka qolbunya akan menjadi gelap gulita. Kalau kita senantiasa melakukan kesalahan tetapi Allah tetap saja mengaruniakan kepada kita rizki yang berlimpah itu berarti kasih sayang Allah lebih utama dibanding murka Allah kepada kita.
Jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang tidak disukai oleh Allah SWT karena kita tidak akan pernah luput dari pengawasan dan perlindunganNya. Berbuat kesalahan itu ibarat api sementara kegelapan adalah asapnya, jadi seperti orang yang menyalakan perapian dirumah selama 70 tahun bukankah rumah tsb akan gelap. Inilah perwujudan orang-orang yang salah. Ia baru menjadi bersih dengan taubat kepada Allah, jika engkau bertaubat kepada Allah bekas-bekas salah tersebut bisa menjadi sirna. Ketahuilah bahwa taubat adalah terminal pertama, segala bentuk ibadah akan diterima Allah jika didahuli dengan niat.
Kedaan hamba yang melakukan salah sama seperti periuk besi diatas api, semakin lama semakin menghitam warnanya, kalau kita ingat salah ingat priuk jangan ingat wajah cantik, tidak kelihatan nanti salahnya, walaupun dicuci ia tidak akan kembali. Setiap mukmin jika melakukan kesalahan maka akan timbul bintik hitam pada qolbunya, jika ia bertaubat, beristighfar memohon ampunan maka bintik hitam tadi akan terhapus. Nah, istighfar yang baik adalah bukan istighfar yang kejar setoran., tetapi salah mana yang akan kita tuju. Taubatlah yang bisa mencuci hitamnya qolbu sehingga amal-amal saleh bisa tampak terang diterima oleh Allah SWT. Jika ini bisa dilakukan maka hidup akan menjadi lebih baik. Sebab taubat merupakan karunia menjadi lebih baik, yang diberikan kepada hambanya yang dikehendaki. Kadang kala seorang budak yang kurus berhasil melakukan taubat tetapi majikannya tidak, mungkin pembantu kita jauh lebih mulia daripada kita. Nur nya lebih bercahaya daripada kita.
Jadi orang-orang yang suka bertaubat, disini Allah memposisikan diri-Nya sebagai orang yang mencintai hambanya bukan sebagai yang dicintai. Bayangkan Allah yang mencintai, Ya Allah cintailah aku, berikanlah aku cinta yang bisa mendekatkan aku kepadaMu, Ikrar ingin dicintai Allah adalah resikonya siap atau tidak kita untuk mendahulukan Allah dan berserah diri. Orang yang merasa senang dengan sesuatu itu jika mengetahui kadar dan nilai sesuatu itu, jika engkau menebarkan intan permata maka kepada binatang melata niscaya mereka lebih menyenangi gandum, artinya termasuk kelompok manakah kita ini? Jika kita orang yang bertaubat berarti kita termasuk orang yang dicintai Allah, tetapi jika tidak kita termasuk orang yang zhalim.
Bagi kita yang mempunyai salah menumpuk jangan berputus asa terhadap rahmat Allah SWT dengan berkata sudah berapa kali aku bertaubat dan menyesal. Kalau hati ingin terawat bersih maka harus dirawat dengan ibadah yang baik dengan kalimah Allah, kerja yang prestasi di jalan yang lurus. Boleh jadi solehah yang gaul.
Suatu ketika Syeikh Abu Hasan As-Sadjili bercerita, aku pernah ditegur ”Wahai Ali bersihkanlah bajumu dengan pertolongan Allah, pastilah ia akan selalu terpelihara” “bajuku yang mana? Allah telah memberimu pakaian ma’rifat yaitu tauhiid, lalu pakaian mahabbah yaitu cinta kepada Allah, kemudian pakaian islam, siapa yang mengenal Allah yang lain tidak berarti baginya. Barang siapa orang-orang yang bersama-Ku maka Aku cintai. Jadi, kalau masih marah, masih tidak sabar, berarti Allah belum berada di dalam jiwanya. Apa salahnya? ingat-ingat lagi apakah kesalahan yang telah kita lakukan kepada Allah SWT, kemudian bertaubatlah..
0 komentar:
Posting Komentar