JAKARTA, KOMPAS.com — Calon panglima TNI Jenderal Moeldoko menyampaikan pengalaman terbesarnya selama mengabdi di kesatuan TNI. Ia mengakui, kisruh Ahmadiyah di Cikeusik, Banten, merupakan tantangan berat selama dirinya mengabdi sebagai anggota TNI.
Saat itu, Moeldoko masih menjabat sebagai Pangdam III Siliwangi. Untuk menghadapi kerusuhan itu, Moeldoko mengaku mempelajari penyebab masalah sebelum membuat keputusan. Berdasarkan pengalamannya, ada dua hal yang memicu kerusuhan di Cikeusik, yakni mengenai akidah jemaah Ahmadiyah serta komunikasi buruk antara jemaah Ahmadiyah dan warga lainnya.
Ia menyampaikan, dirinya tak mencampuri urusan akidah jemaah Ahmadiyah. Terkait dengan komunikasi yang buruk, Moeldoko memutuskan membuat kanalisasi lantaran orang non-Ahmadiyah mencurigai jemaah Ahmadiyah.
Setelah mengetahui penyebab kerusuhan, akhirnya Moeldoko membuat sebuah konsep untuk menganalisasi semua warga. Lebih jauh, ia juga mengingatkan kepada warga setempat untuk menyamakan ajaran Nabi Muhammad SAW tentang ajaran kasih sayang dan tidak saling melukai.
"Sebuah pukulan dalam kepemimpinan saya. Saya melarang orang-orang melakukan kekerasan terhadap Ahmadiyah, terhadap masjid maupun orangnya. Perusakan masjid dengan bom molotov harus dihentikan," kata Moeldoko dalam rapat uji kelayakan dan kepatutan calon panglima TNI di Komisi I DPR, Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Waktu itu, Moeldoko juga mengajak warga non-Ahmadiyah untuk menggelar sajadah di masjid Ahmadiyah. Baginya, hal itu merupakan ajakan moral agar warga non-Ahmadiyah mau dan dapat memahami tentang Ahmadiyah.
"Pertanyaannya, apakah boleh (non-Ahmadiyah) menggelar sajadah di (masjid) Ahmadiyah? Boleh, karena adanya kesepakatan dengan Ahmadiyah mereka mengatakan terbuka," ujarnya.
Gagasan tersebut, kata Moeldoko, disampaikan juga kepada kepala daerah, kepala polda, dan semua pihak yang berwenang. Menurut dia, semuanya mengapresiasi dan menyetujui gagasannya. Ia juga mengajak anggota TNI dan Polri untuk terlibat. Dengan demikian, TNI dan Polri dapat menjadi penengah bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Namun, kenyataan di lapangan tak berjalan mulus. Moeldoko mengatakan sempat ada sedikit perselisihan antara jemaah Ahmadiyah dan non-Ahmadiyah terkait dengan kewenangan yang menjadi imam saat ibadah di masjid Ahmadiyah.
"Waktu itu pakai pakaian dinas, kami masuk ke masjid mengawal mereka. Tapi akhirnya berjalan dengan baik," tegasnya.
Pria yang akan segera dilantik menjadi Panglima TNI ini mengaku tak peduli banyaknya gunjingan tentang Operasi Sajadah. Pasalnya, ia fokus menyelesaian kerusuhan di Cikeusik dan memastikan tak ada kekerasan kepada warga Ahmadiyah.
"Saya memiliki risiko tinggi, high risk, high cost. Buktinya saya pindah (dari) Pangdam Jaya langsung menjadi jenderal bintang tiga," tandasnya.
View the original article here
0 komentar:
Posting Komentar