Segala puji bagi Allah, Rabb semesta
alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau
hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, sebentar lagi
kita akan menginjak tanggal 1 Sya’ban. Namun kadang kaum muslimin belum
mengetahui amalan-amalan yang ada di bulan tersebut. Juga terkadang kaum
muslimin melampaui batas dengan melakukan suatu amalan yang sebenarnya
tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga
dalam tulisan yang singkat ini, Allah memudahkan kami untuk membahas
serba-serbi bulan Sya’ban. Dan kami di website ini, akan membagi tulisan
ini menjadi beberapa bagian.
Kami harapkan pembaca sekalian juga dapat membaca pula tulisan-tulisan selanjutnya dan silakan artikel ini didownload di sini.
Allahumma a’in wa yassir (Ya Allah, tolong dan mudahkanlah kami).
Keutamaan Bulan Sya’ban
Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata,
“Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama
sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya’ban”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana
manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan
tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb
semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika
amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,
“Dalam hadits di atas terdapat dalil mengenai dianjurkannya melakukan
amalan ketaatan di saat manusia lalai. Inilah amalan yang dicintai di
sisi Allah.” (Lathoif Al Ma’arif, 235)
Banyak Berpuasa di Bulan Sya’ban
Banyak Berpuasa di Bulan Sya’ban
Terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan puasa. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka.
Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku
tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan
Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak
daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan
Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan
Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)
Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja.” (HR. Muslim no. 1156)
Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan,
أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلاَّ شَعْبَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban,
lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Lalu apa yang dimaksud dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya (Kaana yashumu sya’ban kullahu)?
Asy Syaukani mengatakan, “Riwayat-riwayat
ini bisa dikompromikan dengan kita katakan bahwa yang dimaksud dengan
kata “kullu” (seluruhnya) di situ adalah kebanyakannya (mayoritasnya).
Alasannya, sebagaimana dinukil oleh At Tirmidzi dari Ibnul Mubarrok.
Beliau mengatakan bahwa boleh dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada
kebanyakan hari dalam satu bulan dengan dikatakan berpuasa pada seluruh
bulan.” (Nailul Author, 7/148). Jadi, yang dimaksud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di seluruh hari bulan Sya’ban adalah berpuasa di mayoritas harinya.
Lalu Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak puasa penuh di bulan Sya’ban?
An Nawawi rahimahullah menuturkan bahwa para ulama mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib. ”(Syarh Muslim, 4/161)
Di antara rahasia kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah
ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib).
Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena
dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa
Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa
Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa
menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab, 233)
Hikmah di Balik Puasa Sya’ban
1. Bulan Sya’ban adalah bulan tempat
manusia lalai. Karena mereka sudah terhanyut dengan istimewanya bulan
Rajab (yang termasuk bulan Harom) dan juga menanti bulan sesudahnya
yaitu bulan Ramadhan. Tatkalah manusia lalai, inilah keutamaan melakukan
amalan puasa ketika itu. Sebagaimana seseorang yang berdzikir di tempat
orang-orang yang begitu lalai dari mengingat Allah -seperti ketika di
pasar-, maka dzikir ketika itu adalah amalan yang sangat istimewa. Abu
Sholeh mengatakan, “Sesungguhnya Allah tertawa melihat orang yang
masih sempat berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar adalah
tempatnya orang-orang lalai dari mengingat Allah.”
2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
biasa berpuasa setiap bulannya sebanyak tiga hari. Terkadang beliau
menunda puasa tersebut hingga beliau mengumpulkannya pada bulan
Sya’ban. Jadi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila
memasuki bulan Sya’ban sedangkan di bulan-bulan sebelumnya beliau tidak
melakukan beberapa puasa sunnah, maka beliau mengqodho’nya ketika itu.
Sehingga puasa sunnah beliau menjadi sempurna sebelum memasuki bulan
Ramadhan berikutnya.
3. Puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai
latihan atau pemanasan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang
sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih
kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan
Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 234-243)
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala
memudahkan kita mengikuti suri tauladan kita untuk memperbanyak puasa
di bulan Sya’ban. Semoga dengan melakukan hal ini kita termasuk orang
yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut.
وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan
diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.
Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada
pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada
tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya
yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti
Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan
melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506). Orang yang senantiasa
melakukan amalan sunnah (mustahab) akan mendapatkan kecintaan Allah,
lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan
dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan
dengan mustajabnya (terkabulnya) do’a. (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad)
Sumber: http://abangdani.wordpress.com/2011/07/01/banyak-berpuasa-di-bulan-syaban/
0 komentar:
Posting Komentar